Desa Wisata To'ro Mattayya

Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan

To'ro Mattayya

Desa Bonto Jai dikenal dengan Istilah Beranda Bantaeng. Artinya Ketika Memasuki Desa Bonto Jai maka kita telah memiliki Gambaran Awal tentang Kabupaten Bantaeng. Desa Bonto Jai, terdiri dari 3 Dusun yaitu Dusun Tino, Dusun Pati dan Dusun Mattoangin dengan luas wilayah sekitar 363 Ha

Desa Bonto jai dikelilingi oleh keindahan pesisir pantai yang menakjubkan di Kabupaten Bantaeng. Pantai ini juga disebut sebagai pantai to’ro matayya menjadi identitas yang memikat dan memberikan nuansa khas bagi warga desa. Saat matahari terbit, sinarnya menyinari air laut yang tenang, menciptakan panorama yang memesona.d tambah garis pantai Desa Bontojai dipenuhi oleh pasir putih lembut yang meluas, menyajikan pemandangan yang menyejukkan bagi siapa pun yang berada di sana. Pohon-pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang tepi pantai, memberikan teduh alami dan semilir angin sejuk dari laut.

Pada sore hari, pantai Desa Bonto jai menjadi tempat romantis bagi pasangan yang menikmati senja bersama. Suara ombak yang lembut, matahari yang merunduk, dan warna-warni langit senja menciptakan suasana yang memikat hati. sembari kita menikmati keindahan panorama kita di sugukan dengan Permainan tradisional di desa Bonto Jai tidak diketahui siapa yang menciptakannya dan kapan pertama kali dimainkan karena permainan ini sudah dilakukan secara turun temurun. Menurut keterangan dari informan, terdapat beberapa permainan tradisional yang biasa dimainkan oleh anak-anak di desa Bonto Jai, yaitu:

  1. Asing, permainan ini biasanya dimainkan dengan pemain berjumlah genap dan akan terbagi menjadi 2 tim. 1 tim akan berperan sebagai penjaga batas dan 1 tim lainnya berperan sebagai musuhnya yang harus melewati batas penjaga lalu kembali ke tempat awal agar dapat memenangkan permainan tersebut. 
  2. Engrang, permainan ini dimainkan oleh beberapa orang yang masing-masing orang menggunakan tongkat bambu panjang. Tongkat ini di desain memiliki tumpuan kaki yang terbuat dari bambu yang dinaiki dan digunakan untuk berjalan.
    1. Tingko-tingko, atau biasa disebut dengan petak umpet. Permainan ini bisa di mainkan oleh 2 orang atau lebih. Permainan ini dilakukan di dalam atau luar ruangan, salah satu dari pemain bertugas untuk  mencari teman yang lainnya setelah selesai menutup mata sambil berhitung.
  3. Appadende,permainan ini menggunakan ban motor atau sepeda yang digulingkan sambil dipukul menggunakan kayu atau bambu agar ban terus berputar dan dimainkan minimal dua orang karena sistemnya seperti balapan. Ban yang dapat melaju terlebih dahulu atau mencapai garis finish dianggap sebagai pemenangnya. 
  4. Dende, permainan ini dimainkan oleh beberapa orang. Cara melakukan permainan ini yaitu pemain melemparkan batu kedalam kotak-kotak yang telah digambar di tanah lalu melewatinya dengan cara melompat menggunakan 1 kaki atau 2 kaki sesuai dengan jumlah kotak yang dilewatinya, setelah sampai pada ujung bagian yang berbentuk setengah lingkaran pemain meletakkan kedua kakinya dan berbalik arah ke kotak awal. Biasanya bentuk gambar yang dibuat untuk permainan ini bermacam-macam, tergantung kebiasaan yang digunakan untuk bermain.
  5. Bom, permainan ini dimainkan dapat dimainkan dengan jumlah pemain ganjil atau genap yang terbagi menjadi 2 tim dan biasanya dimainkan oleh anak laki-laki. Cara memainkan permainan ini adalah setiap kelompok membuat benteng pertahanan berupa kayu, batu, atau tiang yang setiap timnya memiliki batas wilayah. Tim yang paling banyak memasuki wilayah lawannya, akan menjadi pemenang. 
  6. Jengkal-jengkal,permainan ini dimainkan oleh beberapa orang yang 2 diantaranya menjadi jengkal yang harus dilewati oleh pemain lainnya. Dan apabila salah satu pemain yang menyentuh tangan yang menjadi jengkal tersebut, akan dianggap kalah. 

selain dari pemainan tradisional kita dapat menikmati Tari  yang di lakkan oelah para remaja putri tari kreasi di Desa Bonto Jai merupakan ungkapan seni yang menggambarkan kehidupan dan aktivitas warga desa secara kreatif. Pementasan tarian ini melibatkan pemuda dan pemudi desa, yang menjadikannya sebagai bagian integral dari kegiatan budaya desa. Tarian ini sering dipertunjukkan pada momen khusus, seperti saat penjemputan tamu istimewa atau pada malam puncak perayaan Hari Jadi Desa Bonto Jai, sebuah acara tahunan yang diadakan untuk merayakan sejarah dan keberlanjutan desa.. Dalam tari kreasi ini, setiap gerakan dan ekspresi seni menggambarkan aktivitas sehari-hari warga desa, termasuk kegiatan bertani dan berlayar sebagai nelayan. Pemuda dan pemudi menghadirkan keindahan dan kegembiraan dalam setiap gerakan, menciptakan koreografi yang mencerminkan kehidupan masyarakat Desa Bonto Jai dengan penuh semangat.

Tarian ini bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga menjadi sarana untuk memperlihatkan identitas dan kebanggaan akan gaya hidup dan mata pencaharian yang menjadi bagian integral dari kehidupan desa. Dengan menyelipkan elemen-elemen kehidupan sehari-hari, tari kreasi menjadi suatu bentuk penghormatan terhadap tradisi dan keberagaman warga Desa Bonto Jai. selaian panorama kita dapat menikmati  Kuliner ini tidak hanya populer di lingkungan lokal, tetapi juga mendapat pesanan dari luar daerah, terutama dari Makassar, yang bisa mencapai 500 porsi. Meskipun pesanan tidak terjadi setiap hari, tetapi tingginya minat dari luar desa menunjukkan kepopuleran bakso ikan lele buatan warga Desa Bonto Jai.. 

Budaya kearifan lokal sekarang mulai terkikis oleh zaman. Tradisi yang masih bertahan sekarang dalam bertani masih ada upacara saat mulai menabur padi/menanam dalam berpadi. Ada sesajian yang di hidangkan seperti baje (nasi yang berasal dari ketan merah), onde-onde (yang berasal dari tepung beras yang di dalamnya diisi dengan gula merah dan luarannya ditaburi dengan parutan kelapa). Saat panen pun dilakukan hal seperti ini. Proses menabur benih dalam tradisi menanam padi umumnya melibatkan ritual yang kaya akan simbolisme. Petani biasanya memilih waktu yang dianggap baik berdasarkan kalender lunar atau petunjuk alam. Dalam prosesi ini, benih padi diambil dengan penuh perhatian dan dihormati sebelum ditanam.

Para petani sering melibatkan unsur-unsur spiritual, seperti doa dan mantra, sebagai bagian dari proses menabur benih. Hal ini bertujuan untuk memohon kesuburan tanah dan keberhasilan panen. Prosesi ini juga sering menjadi momen sosial di mana komunitas lokal bersatu untuk mendukung satu sama lain dalam pekerjaan pertanian. Kebersamaan dan kepercayaan kepada alam memainkan peran penting dalam tradisi menanam padi di Makassar, menciptakan ikatan yang erat antara masyarakat dan lingkungan mereka.





Fasilitas

Areal Parkir

Cafetaria

Musholla

Tempat makan

Produk Wisata